oleh: Randy Syahrizal

Imperialisme-raksasa inilah yang harus kita lawan dengan keberaniannya kesatria yang melindungi haknya! Ir. Soekarno “Mencapai Indonesia Merdeka”



Serangan NATO terhadap Libya, yang sempat dikhawatirkan Hugo Chavez dan Fidel Castro, akhirnya benar terjadi. Serangan in...i di legitimasi oleh keputusan Dewan Keamanan PBB tentang Zona Larangan Terbang (No Fly Zone), Sabtu malam (18/3) waktu setempat, militer Prancis, Inggris, dan Amerika Serikat mulai memborbardir kota Tripoli dan sekitar Benghazi lewat pesawat tempur, serta kapal-kapal perang di laut Mediterania. Lebih dari seratus rudal Tomahawk telah diluncurkan menuju ‘sasaran’. Hanya dalam beberapa jam, dilaporkan puluhan warga sipil tewas dan lebih dari 150 orang terluka, termasuk anak-anak. (Editorial Berdikari Online 21 Maret 2011)

Imperialisme selalu mencari-cari cara dalam menguasai sumber daya (pertambangan), perluasan pasar dan penundukan rezim sosialis (anti imperialisme) untuk kepentingan ekonomisnya. Imperialisme selalu mencari-cari alasan atas nama perlindungan warga sipil dari kediktatoran rezim yang anti Imperialisme, seperti saat Imperialisme AS menginvasi Irak dan menggantung Saddam Husein, begitu juga seperti upaya kudeta yang gagal saat mencoba menggulingkan Hugo Chavez (Presiden Venezuela). Situasi di Libya adalah sebuah upaya kembali penundukkan/penghancuran musuh-musuh idiologis Kapitalisme, dengan memanfaatkan situasi kemelut di Timur Tengah yang sedang mengalami kemelut politik (Situasi pasang revolusioner). Dalam situasi seperti ini, kediktatoran menjadi isu sentral dalam pertarungan politik. Amerika Serikat dan sekutunya memanfaatkan gejolak ini untuk merampok kekayaan alam negeri-negeri dunia ketiga, yang dalam hal ini adalah tindakan intervensi militer ke Libya.

Serangan tentara NATO yang diikuti oleh keterlibatan militer AS, Inggris dan Prancis adalah serangan yang direstui oleh Dewan Keamanan PBB dengan dalih menjaga kemanan di Libya tentang Zona Larangan Terbang (No Fly Zone). Serangan tersebut berawal dari kabar/pemberitaan yang belum jelas kebenarannya mengenai serangan pesawat jet tempur yang dilancarkan Qaddafi kepada demonstran sipil tak bersenjata yang menginginkan Qaddafi mundur. Hal ini disikapi PBB dengan mengutus NATO untuk menjaga Zona Larangan Terbang. Namun apa yang terjadi..? yang terjadi bukanlah tindakan pengamanan melainkan serangan membabi buta ke kota Tripoli dengan memborbardir kota Tripoli dan sekitar Benghazi lewat pesawat tempur, serta kapal-kapal perang di laut Mediterania. Lebih dari seratus rudal Tomahawk telah diluncurkan menuju ‘sasaran’. Hanya dalam beberapa jam, dilaporkan puluhan warga sipil tewas dan lebih dari 150 orang terluka, termasuk anak-anak.

Alih-alih dengan dalih demi kemanan masyarakat sipil, tindakan keamanan yang dilakukan oleh Dewan Keamanan PBB (NATO) yang juga melibatkan tentara AS, Prancis dan Inggris malah menyerang kemanusiaan di Libya. Menjadi jelas dan pantas tentunya pidato Muammar Qaddafi didepan sidang Dewan Keamanan PBB, “bahwa PBB Gagal menjaga perdamaian dunia, bahkan Dewan PBB adalah Dewan Teroris.”


Misi Perampokan yang dikemas dengan Misi Kemanusiaan

Sederhana saja jawabannya. Sewaktu AS dan sekutunya menginvasi Irak, kepentingan apa sejatinya dibalik penyingkiran Saddam Husein..? kemudian, ada apa dibalik kepentingan menggulingkan Hugo Chaves, memperkuat provokasi Korea Selatan dalam sengketanya dengan Korea Utara..? Merecoki Iran dll..? semata-mata hanya untuk menguasai bahan baku utama industri-industri besar imperialisme, semata-mata hanya untuk membuka dan meluaskan pasar, menjajah bangsa-bangsa agar tenaganya tetap murah, dan memonopoli kekayaan alam dunia dibawah bendera korporasi modal imperialisme neoliberal.

Maksud jahat ini lah yang kemudian dikemas dengan sebutan “misi pengamanan masyarakat sipil”, atau “misi demokratisasi” atau “misi hak asasi manusia” atau “misi menangkap penjahat perang” dan atau “memerangi terorisme.” Maksud jahat ini lambat laun membuka mata dunia bahwa kepentingan keserakahan adalah sejatinya maksud dibalik serangan yang membunuh banyak warga sipil tak berdosa, dan kepentingan itu bernama “Perampokan Kekayaan Alam”. Dalam hal ini Libya adalah Negara yang memiliki kekayaan atas 46,4 miliar barel cadangan.

Eksploitasi rasa kemanusiaan yang menyelubungi maksud ekonomi-politik imperialis telah berlangsung sejak era perang dingin, dan banyak menuai hasil. Oleh karena itu, kiranya penting bagi kekuatan progresif manapun untuk memperhatikan fakta “jebakan humanisme” ini sebagai pertimbangan dalam menentukan sikap politik. Tidak berarti harus membunuh rasa kemanusiaan dalam diri setiap orang, tapi selalu penting untuk menempatkan ekonomi-politik sebagai motif utama dalam sistem kapitalisme imperialistik yang menguasai dunia kini. Berpijak dari sini, kita mengutuk keras serangan militer Imperialis terhadap Libya, dan mendukung penyelesaian masalah internal bangsa Libya lewat cara-cara damai dan demokratis.

Lalu Bagaimanakah Sebaiknya Sikap Kita..?

Pemerintahan Boneka Imperialisme SBY-Budiono bersikap Netral dalam kasus ini. Ini adalah pilihan seorang pemimpin pengecut. Harusnya sebagai bangsa Indonesia yang juga pernah mengalami masa-masa porak poranda oleh Imperialisme, SBY mengutuk tindakan Dewan Keamanan PBB dan negeri-negeri Imperialis pengacau seperti AS, Inggris dan Prancis. Sikap netral pemerintahan SBY-Budiono semakin menguatkan pembuktian bahwa kita sedang dipimpin oleh anak-anak asuh Imperialisme.

Sebagai rakyat Indonesia, kita wajib meningkatkan kewaspadaan dan memperbanyak pengetahuan ekonomi dan politik untuk membentengi diri dan terlebih membentengi Negara Kesatuan Republik Indonesia dari keserakahan Imperialisme yang hari ini sedang berjalan dan direstui oleh pemerintahan boneka. Sebagai rakyat yang sadar dan termaju, yakni kaum pergerakan harus menyatukan kekuatan, melipatgandakan kekuatan-kekuatan serta unsur-unsur yang berlawanan dengan Imperialisme Neoliberal, dengan satu kekuatan massa luas yang terorganisir program untuk menghempang jalannya neoliberalisme di tanah air.

Sebagai rakyat Indonesia yang memusuhi Imperialisme, kita patut memberi dukungan terhadap saudara-saudara kita yang hari ini jiwanya terancam oleh Imperialisme, oleh AS yang notabene adalah Terorisme yang paling nyata.

Tindakan nyata kita hari ini adalah menyadari diri tentang bahanya Imperialisme sebagai musuh bangsa-bangsa, hal ini hanya dapat kita pahami dan kita jalankan program perlawanan kepada imperialisme dengan jalan Persatuan Nasional Seluas-Luasnya, dengan menggandeng seluruh unsur-unsur yang dirugikan oleh Imperialisme Neoliberal, dan mengarahkan serangan langsung ke jantung kekuasaannya didalam negeri, yakni menyerang posisi dan sikap SBY-Budiono yang pro Neolib. Maka slogan kita untuk ini adalah “Hancurkan Imperialisme Neoliberal dan kaki tangannya, Rebut (Kembali) Kedaulatan Nasional”